TOKYO (IPS Jepang)— Sebagai penanda penting dari KTT Masa Depan PBB yang akan digelar pada bulan September, “Festival Aksi Masa Depan” diselenggarakan di Stadion Nasional Tokyo pada tanggal 24 Maret, menarik sekitar 66.000 penonton dan menjangkau lebih dari setengah juta penonton melalui siaran langsung. Acara tersebut, yang merupakan upaya kolaboratif dari kelompok pemuda dan masyarakat, bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam dan sikap proaktif di kalangan generasi muda mengenai pelucutan senjata nuklir dan solusi perubahan iklim. JEPANG
Festival ini menampilkan kuis interaktif yang ditampilkan di layar besar, menghadirkan pengalaman belajar bersama bagi para peserta terkait krisis global kompleks yang saat ini menjadi tantangan bagi komunitas internasional. Selain itu, diskusi panel dengan Kaoru Nemoto, direktur Pusat Informasi PBB, dan perwakilan pemuda lainnya mempelajari senjata nuklir dan perubahan iklim, sehingga memfasilitasi eksplorasi lebih dalam terhadap isu-isu mendesak ini. Menambah keharuan acara tersebut, ada pertunjukan yang menampilkan Jacob Koller yang membawakan “A-bombed Piano,” relik dari Hiroshima yang selamat dari bom atom, dan pertunjukan lainnya yang menyoroti nilai perdamaian melalui musik dan tarian, yang memperkuat seruan untuk bertindak dan solidaritas sebagai agen perubahan.
Inti dari dampak festival ini adalah wawasan yang dibagikan oleh peserta diskusi panel seperti Yuki Tokuda, salah satu pendiri GeNuine, yang berbagi wawasannya dari “survei kesadaran pemuda” yang dilakukan sebelum acara. “Survei mengungkapkan bahwa lebih dari 80% responden muda merasa suaranya tidak didengar,” jelasnya. “Hal ini menunjukkan adanya masalah sistemis, bukan hanya masalah persepsi pribadi, yang membuat generasi muda enggan terlibat dalam isu-isu penting.”
Kendati demikian, banyaknya pengunjung yang hadir di festival tersebut memberikan secercah harapan. “Kehadiran 66.000 orang yang berpikiran sama di sini hari ini menandakan bahwa perubahan dapat terjadi. Bersama-sama, kita dapat membentuk kembali sistem dan membangun masa depan yang sejalan dengan aspirasi kita,” ujar Tokuda, menekankan kekuatan aksi bersama dan pentingnya meneruskan momentum yang terbentuk dari festival ini.
Yang tak kalah menarik adalah narasi Yuki Tominaga yang memikat penonton dengan penampilan tariannya di acara tersebut. “Saya selalu terinspirasi oleh kehidupan mendiang nenek saya sebagai pendongeng yang berbagi pengalamannya tentang bom atom di Hiroshima.” Tutur Tominaga. “Nenek saya memulai kisahnya dengan pengalamannya sendiri mengenai pengeboman tersebut, namun kemudian memperluas narasinya dengan memasukkan kunjungannya ke tempat-tempat seperti India dan Pakistan, negara-negara dengan persenjataan nuklir, serta wilayah-wilayah yang dilanda kemiskinan dan konflik di mana ranjau darat masih menjadi warisan yang mematikan. Dia menekankan bahwa tragedi Hiroshima adalah kisah yang berkelanjutan, dan mendesak kita untuk menyebarkan pesan perdamaian kepada generasi mendatang.”
Merefleksikan pengaruh besar yang diberikan neneknya, Tominaga melanjutkan, “Saya pernah meragukan kemampuan saya untuk melanjutkan warisannya; kata-kata beliau seolah tak dapat tergantikan. Akan tetapi, dia menyemangati saya dengan mengatakan, ’Lakukan apa yang bisa dilakukan untuk menyebarkan perdamaian.’ Hal tersebut menginspirasi saya untuk menggunakan kecintaan saya pada menari sebagai media untuk mengomunikasikan tentang perdamaian dan pengeboman Hiroshima. Saya ingin menjadi penghubung antara para penyintas bom atom dan generasi muda saat ini, menjadikan diskusi perdamaian terasa menarik dan dapat diakses melalui tarian.”
“Survei Sikap Pemuda,” yang mengumpulkan tanggapan dari 119.925 orang di seluruh Jepang, mengungkapkan sebuah konsensus yang mengejutkan: lebih dari 90% generasi muda menyatakan keinginannya untuk berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik. Namun, mereka juga mengakui adanya perasaan tersisihkan dalam proses pengambilan keputusan. Survei ini menyoroti kesiapan generasi muda untuk mengubah kesadaran mereka menjadi tindakan, meskipun terdapat sentimen pengucilan yang ada.
Antusiasme dan potensi perubahan ini tidak luput dari perhatian komunitas internasional. Para pendukung terkenal, termasuk Felipe Paullier, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Pemuda, Orlando Bloom, Duta Besar UNICEF, dan Melissa Park, Direktur Eksekutif ICAN, semuanya menyuarakan dorongan mereka, mengakui peran penting kaum muda dalam mendorong kemajuan global demi keberlanjutan dan perdamaian.
KTT Masa Depan PBB yang akan datang menawarkan platform penting bagi keterlibatan para pemuda, dengan “Laporan Bersama” yang dikeluarkan oleh Panitia Penyelenggara festival tersebut, yang mencakup bidang-bidang utama seperti penyelesaian krisis iklim, pelucutan senjata nuklir, partisipasi para pemuda dalam pengambilan keputusan, dan reformasi PBB, yang berfungsi sebagai bukti keinginan bersama untuk memengaruhi kebijakan global. Laporan bersama mengartikulasikan serangkaian langkah yang dapat ditindaklanjuti berikut.
Mengatasi Krisis Iklim dengan Semangat Baru
Dokumen tersebut menjabarkan strategi ambisius untuk memerangi perubahan iklim, dengan menekankan perlunya meningkatkan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat praindustri. Konferensi ini menyerukan peningkatan yang signifikan dalam kapasitas energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi pada tahun 2030, serta memberikan dukungan internasional kepada masyarakat yang terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional, dan mengadvokasi kerangka kerja yang berakar pada keadilan iklim.
Dunia yang Bebas dari Senjata Nuklir
Mengenai pelucutan senjata nuklir, laporan tersebut mendesak perluasan negara penandatangan dan ratifikasi Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir (TPNW). Mereka mengusulkan diadakannya sesi khusus Majelis Umum yang ditujukan untuk pelucutan senjata dan satu dekade edukasi pelucutan senjata nuklir, yang dimulai pada tahun 2025, untuk berbagi pengalaman mengerikan dari hibakusha global termasuk yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.
Memberdayakan Pemuda dalam Pengambilan Keputusan
Penyelenggara festival mengusulkan pembentukan parlemen pemuda dan menteri urusan pemuda untuk lebih banyak memasukkan suara-suara muda dalam proses pembuatan kebijakan. Selain itu, mereka mengusulkan pembentukan dana pemuda untuk mempertahankan inisiatif yang dipimpin pemuda yang bertujuan untuk mengatasi masalah global.
Mereformasi PBB untuk Era Baru
Laporan tersebut diakhiri dengan seruan kepada PBB untuk lebih merangkul partisipasi dan kepemimpinan pemuda melalui pembentukan dewan pemuda di dalam Dewan Ekonomi dan Sosial. Laporan ini juga mengusulkan pembentukan komite reformasi Dewan Keamanan, yang menjawab kebutuhan mendesak akan modernisasi dalam struktur pemerintahan global.
Festival Aksi Masa Mendatang, dan laporan bersama, merupakan bukti kekuatan inisiatif yang dipimpin oleh pemuda dalam membentuk dunia yang lebih berkelanjutan dan damai. Selagi masyarakat global menantikan KTT Masa Depan, suara-suara dari Tokyo menggaungkan pesan yang jelas dan mendesak: sekarang saatnya untuk bertindak, dengan generasi muda yang memimpin upaya tersebut.
INPS Japan
Translation coordinated by Kevin Lin